FC Barcelona

Kamis, 30 Agustus 2018

Beda Dulu Lain Sekarang


Masa kecil itu masanya perencanaan dan pembentukan. Percaya atau ngga, siapa yang sukses ngebuat karakternya waktu kecil, dewasanya bakal jadi orang yang sukses dari segi perilaku dan kesehariannya. Kita ambil contoh orang-orang sukses kaya Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, Sudono Salim bahkan sampe ke Steve Jobs, Bill Gates, dan orang-orang keren lainnya.

Semua itu ga jauh dari gimana pengalaman masa kecil mereka dibentuk. Terutama dari segi perilaku, orang-orang keren ini bukan dia yang pasti kaya harta atau punya keturunan raja. Tapi dia yang bisa membentuk karakternya menjadi pribadi yang baik itu bisa bikin semua orang kagum dan bangga sama dia Sampe sukses itu sendiri ngedatengin dia. Ini tulisan yang bisa ngejelasin pendidikan keluarga dulu dari sudut pandang saya sebagai penulis.



Kalau dicermatin, pendidikan dari tiap orang tua saat ini banyak yang berbeda. Beda dengan dulu. Beda sudut pandang kedisiplinan. Dari yang pernah saya alami, banyak orang tua sekarang gamau anaknya ngerasain apa yang mereka rasakan seperti jaman dulu. Hasilnya, budaya memanjakan anak pun berkembang pesat.

Setiap individu sebenernya ga ada yang salah ketika bertindak, karena semua berawal dari rumah, dimana rumah itulah yang menentukan bagaimana si anak akan bersikap terhadap dunia luar. Pendidikan pada zaman dahulu lebih mengutamakan attitude dibanding dengan pengetahuan. Beda Dulu Lain Sekarang semuanya udah terbalik dan saling berlawanan.

Ketika orang tua dulu pada masa kecilnya dibesarkan dengan cara yang lumayan keras, mulai dari gaboleh membantah, males, ngeluh, bahkan berucap kasar, ada ganjaran yang sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Ketika mereka gapernah malu kalau disuruh leluhurnya untuk pergi ke pasar belanja sayuran dan alat-alat rumah tangga untuk laki-laki sekalipun.

Mereka belum terfikirkan untuk melawan bahkan menjatuhkan orang tuanya sendiri. Karena mereka sadar, kalau emang yang mereka lakukan salah, maka orang tua akan menghukumnya dan kalau benar orang tua akan mengapresiasinya. Maka dari itu para pemuda jaman dahulu lebih mengencangkan strategi mereka untuk bagaimana mereka memperbanyak prestasi, bukan suatu hal yang ga bermanfaat sama sekali. Dalih awal adalah semua karena orang tua.


Budaya itu adalah suatu hal yang timbul dari kebiasaan oleh sebuah kelompok tertentu. Setiap budaya pasti ada pencetusnya. Di zaman sekarang inilah budaya memanjakan anak sedang meningkat. Kenapa?. Takut. Takut, anak mereka merasakan hal yang sama seperti orang tuanya. Padahal yang lebih baik "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian". Kalau ibarat manusia adalah makhluk tanpa hawa nafsu, boleh saja hal ini diterapkan, memanjakan, memberikan semua yang mereka inginkan demi kesenangan semata. Namun berbeda dengan kondisi pada realitanya. Semakin diberi kebebasan semakin songong lah mereka. Mungkin saat masih dini kita akan merasa bahwa ngga ada yang salah, akan tetapi jika dewasa telah datang maka mental yang berada dalam diri mereka akan tetap sama seperti pada masa kecilnya.

"Anak harus diajarkan bagaimana cara berpikir bukan apa yang harus dipikir."
              -Margaret Mead-

Pendidikan utama sebelum masuk ke bangku sekolahan ada di keluarga itu sendiri. Banyak banget perbedaan kedepannya yang diawali dari bagaimana anak itu dididik waktu dia masih kecil. Terinspirasi dari sebuah tulisan yang dipublish oleh Bapak Anies Baswedan tentang keistimewaan anak yang tumbuh dalam kesederhaan menjadikan saya punya opini yang bisa untuk direnungkan bareng nih.

Anak yang tumbuh dalam didikan yang keras dan penuh hidup dengan kesederhanaan di masa kecil punya banyak banget keistimewaan, buat hal ini saya akan berikan berbagai macam contoh kasus nyata untuk beberapa orang tertentu.

Anak yang dididik dalam kesederhaan,

Mereka tidak pernah canggung untuk membeli cabai di warung sembako, namun mereka tidak norak saat berbelanja di mall.

Mereka tidak malu untuk membersihkan lantai rumahnya tanpa mempedulikan apa kata orang di sekitarnya, namun mereka juga tidak kalah hebat dalam membersihkan berbagai macam permasalahan yang melibatkan orang banyak di lingkungan itu.

Mereka tidak mengeluh kala orang rumah membutuhkan bantuannya, namun mereka tetap profesional kala orang-orang di lingkungan kerjanya membutuhkannya.

Mereka selalu berusaha untuk ceria saat berada di tempat kerja, namun mereka berusaha untuk tidak mengeluh kala mereka berada di rumah.

Mereka tidak mengkambinghitamkan orang-orang di luar rumah kala mereka melakukan kesalahan di rumah, namun mereka juga tetap membanggakan keluarganya kala tempat kerja menanyakan bagaimana kondisi keluarganya.

Mereka sudah terbiasa menjadi multitalenta kala rumahnya mengalami kerusakan, namun mereka tetap bekerja sesuai dengan koridor dalam ruang lingkup kerjanya.

Mereka selalu mendapatkan banyak peningkatan intelektual di kampusnya, namun tak lupa untuk menerapkannya di rumah kala banyak orang yang tidak mengetahuinya.

Mereka tidak peduli dengan pujian yang diberikan orang-orang di lingkup kerjanya, namun mereka selalu menjadi pendengar yang baik jika terdapat kritik yang membangun diri mereka.

Mereka berpengalaman mendapatkan pendidikan yang keras dari orang tua saat duduk di bangku sekolah, namun mereka tidak berbuat demikian kala mereka menjadi guru untuk orang lain yang bertanya kepadanya.

Mereka paham bagaimana sebuah smartphone bekerja, namun mereka tetap menjadi yang paling mengerti bagaimana mencuci sepatu dengan bersih dan tidak merusaknya.

Beda dulu lain sekarang, banyak banget diantara kita yang terus ngeluhin apa yang kita dapatkan di setiap harinya, padahal belum tentu yang kita dapatkan itu bisa dirasain oleh orang-orang yang lebih membutuhkannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita nikmat sesuai dengan apa yang kita butuhin bukan selalu sesuai dengan apa yang kita mau.

"Prestasi adalah apa yang mampu Anda lakukan. Motivasi menentukan apa yang Anda lakukan. Sikap menentukan seberapa baik Anda melakukannya."
                    -Lois Holtz-

Buat anak yang terdidik dalam kesederhaan, prestasi itu sebuah kewajiban yang mesti dikasih untuk kedua orang tua. Bagi mereka ngeringanin beban orang tua adalah prestasi unggulan. Mereka ngga perduli gimana orang lain bisa ngasih prestasi juara setiap hari. Tapi mereka lebih bangga ketika mereka ngga lagi meminta uang jajan kepada kedua orang tuanya. Mereka lebih mau orang tua mereka bisa jalan-jalan dari uang yang mereka kasih, nyuci pakaian dengan mesin cuci yang mereka berikan, berekspresi dengan barang yang mereka hadiahin, dan membuat orang tua mereka bahagia adalah cita-cita tertinggi mereka.

MUNGKIN. Waktu masih kecil mereka sering ngerasa sedih kala mereka diperlakukan seperti ngga disayangi, diberikan nasehat terus-terusan, ngerasa apa aja yang mereka lakukan itu salah di mata orang tuanya. Mereka biasanya berharap kehidupan mereka kaya anak-anak orang tajir yang bisa setiap hari naikin mobil mewah dan apapun yang mereka mau mudah terwujud. Tapi saat udah tua dan udah punya banyak pengalaman, itu semua ga berlaku.

Mereka ngga lagi merasa terberatkan dengan nasehat-nasehat itu, justru mereka bakal menjadi yang paling sedih saat ngga pernah ada lagi nasehat yang diberikan oleh kedua orang tuanya saat mereka salah.

"Besi yang menjadi kokoh dan kuat harus mengalami masa pemanasan yang sangat tinggi, pukulan yang berulang kali, dan juga pembentukan yang menyulitkan. Namun itu semua menghasilkan sebuah manfaat yang banyak saat semua tahap telah terlewati. Sama seperti pendidikan pada manusia, jika belum mengalami masa penuh nasehat, sakit dalam tubuh untuk bekerja, dan posisi yang sulit dalam hidupnya, maka dia akan selalu mengeluh dan mengeluh serta tidak berguna dan bermanfaat lagi."

Jadilah anak yang berbakti dan penuh dengan rasa bersyukur saat punya keluarga yang peduli sama perilaku kalian. Dan jadilah orang tua yang selalu bisa menjadi pengingat pertama saat memiliki anak yang melakukan kesalahan. Karena peduli itu nolongin mereka dari kesalahan bukan ngebiarin.


2 komentar: