Dahulu...
Seseorang pernah berkata, kita selalu menanam bibit setiap hari, yang demikian itu suatu saat akan berbuah di masa depan.
Saat ini aku merasakannya.
Dimana semua kesibukkan justru datang silih berganti, di lain sisi aku menganggap ini adalah tebusan untuk menghapus dosa masa lalu. Tapi di lain sisi aku sadar, bahwa ini adalah kesibukan yang baik.
Pertama dimulai dari komitmen orang-orang sekitar yang tidak dapat direalisasikan. Mereka mengatakan 'Tenang, kami ada di dekatmu untuk membantu'. Nyatanya, saat ini mayoritas di antara mereka meninggalkan.
Mereka belum selesai dengan urusan mereka sendiri, Allah turunkan penyakit pada mereka sehingga mereka mempunyai alasan untuk tidak bisa membersamai. Siapa yang salah?
Aku tidak menyalahkan mereka, karena aku sadar semua yang kurasakan saat ini adalah buah dari bibit yang dahulu kutanam. Ketika aku menanam benih-benih yang buruk, akhirnya hari ini aku merasakan pahitnya rasa buah itu sampai ke busuk-busuknya.
Sebanyak apakah dosaku dulu, sampai-sampai harus diberikan masalah kepada orang-orang di sekitarku?
Sebanyak apakah dosaku dulu, sampai-sampai harus merasakan semua kepahitan dari perginya teman-teman dekatku?
Sebanyak apakah dosaku dulu, sampai-sampai harus terus mengerjakan pekerjaan yang tak seharusnya diriku yang mengerjakan?
Bukan bentuk ketidakikhlasanku, hanya saja aku merasa berdosa kepada teman-teman di sekitarku sampai-sampai mereka diberikan banyak halangan untuk berbuat baik bersamaku.
Akan tetapi, dengan rasa cinta-Nya aku mulai paham bahwa memang semua ini harus kupertanggungjawabnkan di dunia ini.
Mumpung...
Masih...
Ada...
Waktu...
Ku berdoa semoga teman-temanku yang masih banyak alasan dan halangan serta menghilang untuk membersamai, dapat dengan segera kembali masuk ke barisan. Bukan sebuah kemarahan yang ingin aku ucapkan, hanya saja aku ingin berkata
'Maaf, karena salahku di masa lalu, kamu harus menanggung beban untuk sulit melakukan kebaikan ini...'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar